Potret kesenjangan sosial di Jakarta |
Puisi karya: Kamerad Anjas
Kawan, andai kau disini.
Andai kau disampingku..
Katamu dulu, aku ini kawanmu.
Katamu dulu, aku ini sama denganmu.
Sama punya tangan, kaki, mata, telinga,
Sama punya akal.
Namun kenapa
kini kau pura-pura tidak memahami bahwa aku sama denganmu?
Apa kau benar tidak memahami Setetes
keringat dari ubun-ubunku ini adalah bagian dari keindahan duniamu.
Apa kau benar tidak memahami bahwa nikmatnya garam yang di
lidahmu, nikmatnya gula di lidahmu
semua kenikmatan, dari
keringat-keringat yang lain itu juga ada keringatku
Apa kau benar-benar tidak memahami
Bahwa manusia ada untuk berbagi keringat
Namun kau kini tak menghargai aku sama sekali
Apakah matamu tertutupi istana beton yang ada di depanmu?
Padahal istana itu mustahil berdiri tanpa ada manusia
lainnya, tak terkecuali siapapun
Bayi yang minum susu dari gudang
pabrikmu itu, juga berkontribusi membangun istanamu.
Namun kenapa kau tidak begitu
menghargai manusia lainnya.
Ingin ku berkata.. dianjuk..
Namun itu tidak etis
Surakarta, April 2018
No comments:
Post a Comment