Tulisan Lafran Pane : Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia - Arsip Kita

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here
google-site-verification: google687231134d15a242.html

Friday, May 18, 2018

Tulisan Lafran Pane : Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia


Buku : HMI Mengayuh Diantara Cita dan Kritik // Editor : Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul

Oleh: Lafran Pane 

Bukanlah hendak mengupas dalam-dalam akan keadaa dan kemungkinan-kemungkinan kebudayaan Islam ini, tapi hanya sekadar menganalisis dan menunjukkan akan kenyataan-kenyataan tentang kedudukan kebudayaan islam di Indonesia ini dan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya sekarang dan kemudian hari. Mudah-mudahan dapatlah ini menjadi sumbangan bahan-bahan tinjauan dalam Kongres Muslimin Indonesia. 

Manusia mempunyai bermacam-macam sifat asasi, antara lain sifat tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat, maka ia harus pula dapat menyelaraskan diri dengan masyarakatnya, atau mencoba mengubah masyarakatnya sesuai dengan kehendaknya. Seorang manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Kalau orang hendak mencontoh, tidaklah akan mencontoh apa yang dianggapnya jelek dan tidak pula mencontoh kebiasaan-kebiasaan atau hal-hal yang dianggapnya lebih rendah daripadanya. Karena tindasan dan pendidikan Belanda, umumnya bangsa kita merasa lebih rendah (minderwaardig) dari bangsa itu dan bangsa barat lainnya.

Biarpun kita sudah merdeka, sudah mempunyai Negara nasional, peninggalan akibat dari penindasan dan pendidikan Belanda itu tidaklah akan hilang lenyap begitu saja, terutama orang-orang yang melulu mengecap pelajaran dan pendidikan di sekolah Belanda. Dan itu mungkin baru hilang dengan pendidikan yang teratur dan keinsafan, bahwa Belanda itu tidak lebih tinggi derajatnya dari bangsa kita. Jadi tidaklah dengan mulut saja, atau ditulis diatas kertas.

Kalau kita menyelidiki agama Islam sedalam-dalamnya, dapatlah kita mengatakan, bahwa kalau agama ini dianut dan dipraktikkan oleh rakyat kita disegala lapangan hidup dengan sebaik-baiknya, maka tak mungkin Belanda menjajah dan mengeksploitasi kita sebegitu lama. Karena Belanda mengerti pula hal ini, maka tentulah ia menetapkan sikapnya dan melakukan tindakan dengan cara yang teratur dari yang halus sampai yang kasar. 

Tak perlu ditunjukkan dalam karangan ini, bagaimana tindakan-tindakan dan usaha-usaha Belanda itu, tapi dapatlah kita melihat dalam masyarakat kita sekarang ini akan akibat-akibatnya. Banyak orang, terutama kaum terpelajar, biarpun menganut agama Islam, mali mengakui terus terang bahwa ia beragama Islam dan ada pula yang mengatakan, bahwa agama ini tak sesuai lagi dengaan zaman, pendeknya mereka menganggap rendah agama ini.

Dan karena orang-orang Belanda dan bangsa barat lainnya, dianggap mereka lebih tinggi derajatnya, menganut agama Kristen, dan juga berkat organisasi keuangannya sangat kuat, maka golongan bangsa kita ini, biarpun tidak menganut agama tersebut, toh menganggap derajatnya lebih tinggi daripada derajat agamanya sendiri. Lain sekali pandangan mereka terhadap orang yang pergi ke masjid dan yang ke gereja, begiru pula terhadap orang yang memegang Al Quran di tangan dan yang memegang Bibel. Kalau kita meninjau masyarakat Islam di negeri ini, di samping bagian yang terbesar, yaitu yang mengamalkan agama Islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan, umpamanya upacara kawin, mati, dan selamatan, kita melihat tiga golongan lagi:

      1.      Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktikkan agama Islam sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Seperti tersebut di dalam hadist-hadist dan riwayat. Golongan ini tidak hanya mencontoh Nabi Muhammad sebagai Rasul, tetpi juga sifat dan kebiasaannya, yang tidak bisa lepas dari masyarakat Arab, yang mempunyai  sifat-sifat dan adat yang khusus yang berlainan dengan masyarakat Indonesia. Pendeknya, karena mereka mengaanngap bahwaa bangsa Arab tinggi derajatnya, sampai sekarang masih banyak orang yang hidup seperti orang Arab. Dan kalau hendak mendengar lagu hanya lagu gambus dan qasidalah yang mereka anggap tidak haram. 

      Sesudah masuknya pengaruh kebudayaan Arab, hidup alim ulama ini sangat tertutup, hingga perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perhubungan umpamanya dengan kebudayaan lain sangat sedikit sekali, maka perubahan-perubahan dalam cara hidup dan alam pikiran mereka, hamper taka da. Sampai-sampai masih ada orang yang beralam pikiran dan berjiwa seperti orang yang hidup pada masyarakat beberapa abad yang lalu. Dan golongan ini umumnya berpendapat supaya agama Islam itu dipraktikan persis seperti yang dilakukan di negeri Arab 13 abad yang lalu, dengan tidak memperhatikan factor-faktor tempat dan waktu.

      2.      Golongan alim ulama dan pengikutnya, yang terpengaruh mystek yang menyebabkan mereka ini menganggap bahwa hidup ini adalah untuk akhirat belaka. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan di dunia ini, apalagi untuk memperhatikan pengaruh perubahan dalam masyarakat Indonesia dan dunia sekarang ini. Mereka ini berpendirian, bahwa kemiskinan dan penderitaan adalah salah satu jalan untuk bersatu dengan Tuhan.

      3.      Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu benar-benar dapat dipraktikkan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini. Kalau orang yang belum mempelajari agama Islam dalam-dalam tentulah menganggap bahwa Islam itu, adalah seperti yang dianut dan dijalankan 2 golongan tadi. Dan tentu berpendapat bahwa agama Islam itu tak dapat mengikuti dunia modern ini.

Agama islam bukan ganya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, tapi juga hubungan antara manusia dan manusia lain, satu masyarakat dengan lain, dari yang paling kecil, yaitu masyarakatkeluarga, sampai ke masyarakat yang besar, seperti masyarakat Negara. Juga ia berisi peraturan-peraturan dan tuntunan-tuntunan untuk segala lapangan hidup. Maka dapatlah disebut bahwa agama Islam itu berupa satu kebudayaan yang sempurna yang tidak muncul dari hasil pergaulan dalam masyarakat dan bukan hasil ciptaan manusia pada satu waktu, tapi adalah kebutuhan yang diturunkan Tuhan, langsung kepada masyarakat Arab dan juga berlaku untuk seluruh dunia.
 
Prof. Drs. Lafran Pane // penggagas dan salah satu pendiri HMI 
Dan menurut keterangan quranpun, agama Islam dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat melaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat mana pun juga. Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang tergantung pada factor-faktor alam, kebiasaan, dan lain lain, maka kebudayaan Islam hendaknyalah dapat dilaraskan dengan masyarakat masing-masing. Dan dalam masyarakat masing-masing saling mempengaruhi.

 Manusia memengaruhi manusia lain, masyarakat dipengaruhi manusia dan sebaliknya. Begitu pula hasil kebudayaan (culture product) yang satu memengaruhi yang lain dan selanjutnya memengaruhi masyarakat dan manusianya. Stelsel perekonomian akan memngaruhi stelsel hukumnya, teknik memengaruhi cara produksi dan ini memengaruhi pula lapangan lain.

 Dan begitulah adanya perubahan-perubahan ini dalam masyarakat terus-menerus yang pula memengaruhi alam pikiran manusia. Kalau ada orang atau golongan yang tak mau tahu adanya perubahan-perubahan ini maka orang yang begitu dapatlah disebut orang kolot. Dan begitu pula kalau satu ajaran (leer) tak mau memerhatikan ini dan masih menjalankan peraturan-peraturan dan tuntutan-tuntutan yang tak sesuai dengan keadaan maka dapatlah dinamakan pula ajaran yang kolot. 

Adat istiadat yang berlaku sekarang, belum tentu orang turuti beberapa tahun yang akan dating dan begitu pula peraturan-peraturan yang diancam dengan hukuman (sanctie) sekarang, sebentar lagi mungkin tak terpakai lagi, karena keperluan dan keadaan sudah berubah. Dan demikian juga terhadap mana yang baik dan mana yang tidak tergantung pula pada tempat da waktu.

Kalau kita memerhatikan golongan kesatu dan kedua yang tersebut di atas tadi, maka kelihatannya seakan-akan agama Islam itu sudah kolot, tak dapat selaras dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat lagi. Tapi menurut Quran dan penyelidikan, bukan agama ini yang kolot, tapi penganut-penganutnyalah yang kolot atau belum benar-benar mengerti aka nisi dari agama ini, atau belum bisa mempraktikkannya. 

Karena Republik Indonesia Serikat yang akan kita jelang nanti adalah satu Negara demokrasi, maka perkembangan aliran-aliran kebudayaan nanti akan mendapat keleluasaan, karena kemerdekaan berpikir, bersidang, dan mengeluarkan pendapat akan dijamin oleh Negara (Pemerintah).

Biasanya dalam satu masyarakat dimana ada bermacam-macam aliran kebudayaan, maka munculalah perjuangan (struggle) antara yang satu dan yang lain, yang satu memengaruhi yang lain dan masing-masing berlomba mencari penganut. Aliran kebudayaan yang lemah, tentu akan dikalahkan yang kuat atau yang lemah diisap yang kuat. 

Dan pada umumnya manusia lebih senang memihak yang kuat dan menang hingga yang menang mendapat lebih banyak penganut. Dan aliran yang kalah mungkin akan hilang lenyap dari muka bumi. Demikianlah kebudayaan Islam akan menghadapi beberapa aliran kebudayaan dalam masyarakat yang harus ditandinginya, kalau hendak hidup dengan sewajarnya dan sempurna, di antarany yang terbesar:

1.      Aliran Kebudayaan Barat yang diwakili oleh Amerika, Belanda dan lain-lain
2.      Komunisme dan Sosialisme
3.      Agama Kristen, yaitu Katolik dan Protestan
4.      Aliran Kebudayaan Kebangsaan yang cenderung kepada sosialisme (Marxisme) dan dikembangi sedikit oleh kebatinan dan kesusilaan (Hindi-Jawa)

Aliran kesatu, kedua, dan ketiga sangat kuat organisasinya dan juga mempunyai tenaga materi yang kuat seperti keuangan, alat-alat, dan lain-lain, sedangkan organisasi dan keuangan serta alat-alat kita sangat lemah sekali, karena umumnya umat Islam di Negara-negara Islam yang kita harapkan bantuannya, ada yang baru saja merdeka dan yang masih setengah jajahan. Sedang orang-orang yang dijajah umumnya miskin.

 Tak perlu saya kupas disni aliran-aliran ini, pendek kata, kalau kebudayaan Islam tidak kuat untuk bertanding, derajat Islam akan lebih rendah lagi dianggap orang dengan sendirinya derajat umatnyapun akan lebih merosot lagi, walaupun kita masih mendabik dada. Bahwa umat kita adalah umat yang besar. Marilah mencari usaha-usaha dan cara-cara supaya kita dapat menghadapi aliran-aliran ini dan mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala membantu dan melindungi kita. Amin!

Yogyakarta, 12 November 1949
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Lafran Pane adalah Tokoh Cendekiawan Muslim yang lebih dikenal sebagai Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Sumber: Pedoman Lengkap Kongres Muslimin Indonesia, di Yogyakarta, Tanggal 20-21 Desember
 1949 . Oleh Panitia Pusat Kongres Muslimin Indonesia Bagian Penerangan
Diambil dari Buku : HMI Mengayuh Diantara Cita dan Kritik


No comments:

Post a Comment

Artikel lainnya

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages