LANJUTAN Bag. I....
Saya
menjadi seorang yang amat percaya pada
daya teknologi informasi untuk mengubah
kehidupan orang miskin.
Hal ini menyemangati saya untuk menciptakan perusahaan
telepon seluler bernama Grameen Phone. Kami membawa telepon ke desa-desa
Bangladesh dan memberi pinjaman kepada perempuan miskin untuk membeli sendiri
telepon selular sehingga mereka dapat menjual jasa dan memperoleh uang dari situ.
Usaha ini segera meraih sukses.
Tujuh
puluh persen penduduk Bangladesh tidak mempunyai akses terhadap listrik. Kami
ingin menjawab persoalan ini dengan memperkenalkan listrik tenaga matahari
dalam rumah tangga di desa-desa. Kami menciptakan sebuah perusahaan terpisah
bernama Grameen Shakti, atau Grameen Energy. Ini menjadi perusahaan yang paling
sukses dalam memperkenalkan system energy matahari tumah tangga, bio-gas dan
kompor masak yang ramah lingkungan. Sekarang 155.000 rumah tangga telah
terjangkau oleh system energy matahari rumah tangga ini dan kami berencana
menjangkau satu juta rumah tangga dalam 2012.
Sementara kami mulai menciptakan
rangkaian perusahaan yang berkecimpung dalam bidang energy yang terbarui,
teknologi informasi, tekstil, pertanian,
peternakan, pendidikan, kesehatan, keuangan, dan lain-lain. Saya bertanya-tanya
mengapa bisnis konvensionlai tidak melihat bisnis sebagaimana kami melihatnya. Mereka mempunyai tujuan lain yang berbeda dari tujuan kami. Kami merancang
bisnis kami dengan cara begini, mereka merancang bisnis mereka dengan cara
lain.
Bisnis
konvensional didasarkan pada kerangka teoritis yang disediakan oleh perancang
system ekonomi kapitalis. Dalam kerangka ini “bisnis” harus menjadi entitas
yang menciptakan laba sebanyak-banyaknya. Semakin agresif sebuah bisnis
mengejar tujuan itu, semakin baik bisnis berfungsi – demikian dicekokkan kepada
kita. Semakin besar laba, semakin berhasil bisnis itu; semakin bahagia para
investor. Dalam karya saya tak pernah terlintas bahwa saya harus memaksimalkan
laba. Seluruh perjuangan saya adalah membawa tiap-tiap perusahaan saya pada
satu tingkat dimana ia paling sedikit dapat membiayai diri sendiri. Saya
mendefinisikan bisnis saya dalam cara berbeda dari bisnis tradisinonal.
Saat
menjalankan itu, tentu saja saya melanggar prinsip dasar system kapitalis –
maksimalisasi laba. Karena saya sedang dalam usaha menemukan solusi saya
sendiri untuk mencapai misi bisnis saa, saya tidak melirik peta jalan yang
sudah ada. Perhatian saya satu-satunya mengamati apakah jalan yang saya tempuh
ini membawa ke tempat yang saya tuju. Ketika semuanya berjalan , saya merasa
bahagia. Saya tahu memaksimalisasi laba membuat orang bahagia, saya tidak
memaksimalisasi laba tap bisnis saya adalah sumber kebahagiaan yang mendalam
bagi saya. Jika kalian melakukan apa yang telah saya lakukan kalian akan
bagagia juga.
Saya yakin memaksimalisasi laba bukan satu-satunya sumber
kebahagiaan dalam bisnis. “bisnis” telah ditafsirkan secara sempit dalam
kerangka kapitalisme sekarang. Penafsiran ini didasarkan pada asumsi manusia
sebagai makhluk satu dimensi (single dimensional being. Kebahagiaan dalam
bisnis terkait pada besarnya laba yang diperoleh. Manusia ditampilkan serupa
dengan mesin robot pembuat uang.
Tapi
kita semua tahu bahwa manusia yang nyata hidup itu multi dimensional – bukan
uni dimensional seperti yang diasumsikan teori itu. Bagi manusia yang nyata
hidup , memperoleh uang adalah sarana, bukan tujuan. Namun bagi pengusaha dalam
teori yang ada sekarang memperoleh uang adalah tujuan sekaligus sarana.
Penafsiran
yang sempit ini telah amay merusak kita. Seluruh usahawan di dunia telah meniru
tindak-tanduk usahawan teoreti satu dimensi setepat mungkin untuk memastikan
bahwa mereka memperoleh yang terbanyak dari system kapitalis. jika kalian
adalah usahawan, kalian harus mengenakan kacamata maksimalisaasi-laba sepanjang
waktu. Akibatnya, satu-satunya yang kalian lihat di dunia iniadalah peluang
untuk meningkatkan laba. Persoalan penting yang kita hadapi di dunia ini tidak
dapat dijawab karena mata maksimalisasi-laba tidak dapat melihat mereka.
Kita
dapat dengan mudah merumus ulangkan konsep usahawan untuk membawanya lebih
dekat dengaan manusia yang nyata. Supaya memperhitungkan multidimensionalitas
manusia nyata, kita dapat mengasumsikan bahwa ada dua sumber kebahagiaan dalam
dunia bisnis; maksimalisasi-laba dan pencapaian beberapa tujuan social yang
ditentukan sebelumnya.
Karena
ada pertentangan jelas antara dua tujuan ini, dunia bisnis harus tersusun atas
dua macam bisnis yang berbeda – bisnis dengan tujuan memaksimalkan kaba (profit
maximizing business) dan bisnis social. Tipe kebahagiaan tertentu akan muncul
dari tipe bisnis tertentu.
Dengan
demikian seorang investor akan mempunyai dua piihan – dia dapat berinvestasi di
satu bisnis atau keduanya dengan proporsi bermacam-macam. Ini berarti orang
akan menggunakan dua kacamata – kacamata maksimalisasi laba dan kacamata
social. Hal ini akan menghasilkan perubahan besar di dunia. Usahawan yang
berorientasi pada maksimalisasi laba akan tercengang melihat bagaimana dunia
tampak berbeda begitu mereka menanggalkan kacamata maksimalisasi laba dan
mengenakan kacamata bisnis social. Dengan melihat dunia dari dua sudut pandang
berbeda penentu-keputusan bisnis akan membuat keputusan benar-benar lebih baik.
Sementara
saya bertanya-tanya apakah gagasan tentang bisnis social masuk akal dalam dunia
usaha, saya telah mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dengan pemimpin
Grup Danone, Frank Riboud, tentan topic ini. Baginya gagasan ini sungguh masuk
akal. Bersama-sama kami menciptakan perusahaan Grameen Danone sebagai sebuah
bisnis social di Bangladesh.
Perusahaan ini memproduksi yoghurtyang dilengkapi
dengan nutrisi-mikro yang tidak diasup oleh anak-anak kurang gizi di Bangladesh.
Karena ini merupakan bisnis social, Grameen dan Danone, tidak akan mengambil
keuntungan dari perusahaan melebihi nilain investasi awal. Pokok perhatian
perusahaan adalah jumlah anak yang terbebas dari kekurangan gizi setiap
tahunnya.
Prakarsa
berikutnya dating dari Credit Agricole Prancis. Kami menciptakan Grameen Credit
Agricole Micro Finance Foundation untuk menyediakan bantuan keuangan bagi
organisasi keuangan-mikro dan bisnis social.
Kami
menciptakan perusahaan kecil untuk menyediakan air minum berkualitas baik di
suatu wilayah di Bangladesh. Ini merupakan usaha bersana Veolia, sebuah
perusahaan air minum ternama di dunia, Bangladesh punya persoalan air minum
yang parah. Di sebagian besar wilayah Bangladesh, air dari sumur pompa sangat
mengandung arsenic, sementara air permukaan tercemar. Perusahaan air minum
dengan model social bisnis ini akan menjadi prototype
bagi penyediaan air minum sehat dalam cara berkelanjutan dan terjangkau bagi
orang yang menghadapi krisis air. Ketika model telah disempurnakan, ia dapat
direplikasi desa lain di dalam maupun di luar Bangladesh.
Kami
telah mendirikan rumah sakit mata dengan spesialiasi operasi katarak yang mampu
melaksanakan 10.000 operasi per tahun. Ini merupakan bisnis social bersama
Green Children Foundation yang diciptakan oleh dua penyanyi inggris dan
Norwegia Tom dan Mila, saat mereka berumur dua puluh tahun.
Saya
telah menandatangani persetujuan kerjasama bisnis social dengan Saudi German Hospital
Group untuk mendirikan serangkaian rumah sakit di Bangladesh. Kami juga
menandatangani persetujuan kerjasama dengan Intel Coorporation untuk
menciptakan perusahaan Gremeen-Intel guna menyediakan pelayanan berbasiskan
teknologi informasi bagi orang miskin dlam pelayanan kesehatan, pemasaran,
pendidikan, dan pengiriman uang.
Lebih
banyak lagi perusahaan dari seluruh dunia menunjukkan ketertarikan pada
kerjasama bisnis social semacam itu. Sebuah perusahaan sepatu nomor satu ingin
menciptakan sebuah bisnis social untuk memastikan bahwa tak seorangpun pergi
tanpa sepatu. Sebuah perusahaan paramedic terdepan ingin mendirikan perusahaan
kerjasama bisnis social untuk produksi suplemen gizi yang cocok untuk ibu-ibu
hamil dan ibu muda Bangladesh, dengan harga jual semurah mungkin.
Kita
juga sedang berdiskusi untuk meluncurkan sebuah perusahaan social bisnis untuk
memproduksi kelambu nyamuk berbahan kimia untuk melindungi orang di Bangladesh
dan Afrika dari malaria dan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.(....)
LANJUT BACA Bag III
No comments:
Post a Comment