Pidato Prof. Muhammad Yunus
(pada upacara wisuda di
Massachusetts Institute of Technology, 6 Juni 2008 dalam Bahasa Inggris yang
diterjemahkan oleh Antonius Sumarwan.)
Selamat
Pagi
Merupakan
kehormatan istimewa bagi saya untuk berbicara pada upacara wisuda di institusi
terkenal ini.
Betapa
bagagia rasanya berada bersama kalian semua, sebagai generasi paling berpikiran
cemerlang di dunia, tepat pada saat kalian memutuskan jalan yang hendak kalian
tempuh dalam hidup. Kalian adalah duta masa depan dunia. Pilihan yang kalian
buat akan menentukan nasib umat manusia. Begitulah yang selalu terjadi.
Kadang-kadang kita menyadarinya, tapi lebih sering tidak. Saya berharap kalian
akan terus insyaf akan hal ini dan berusaha dikenang semata0mata sebagai
generasi kreatif tetapi sebagai generasi kreatif yang berkesadaran-sosial.
Cobalah.
Saya
tak punya bayangan apakah hidup saya suatu ketika akan punya makna bagi orang lain. Namun pada pertengahan tahun
tujuh puluhan, karena frustasi atas situasi ekonomi yang parah di Banglasdesh,
saya memutuskan untuk melihat apakah sehari dalam seminggu saya dapat
menjadikan diri saya berguna bagi seorang miskin di desa dekat gerbang kampus
universitas tempat saya mengajar. Saya mendapati diri berada di situasi yang
tidak saya kenal.
Karena keharusan, saya mesti menemukan jalan
keluar, karena saya tidak ounye peta, saya harus mengandalkan naluri dasar
untuk berbuat sesuatu. Sebenarnya saya bisa saja putar balik dari jalan yang
saya tidak kenali ini, tapi saya tidak melakukannya, saya bersikeras untuk maju
terus guna menemukan jalan saya sendiri. Untunglah, akhirnya saya menemukannya,
yaitu kredit mikro dan Grameen Bank.
Sekarang,
kalau dirunut lagi ke belakang, saya dapat bercanda tentangnya. Ketika orang
bertanya, “bagaimana Anda menyusun aturan dan prosedur yang kini dikenal dengan
system Grameen?” jawaban saya adalah “sangat sederhana dan mudah. Setiap kali
saya butuh suatu aturan atau prosedur dalam pekerjaan kami, saya hanya melihat
bank konvensional untuk melihat apa yang mereka lakukan terhaadap situasi
serupa. Begitu saya mengetahui apa yang mereka kerjakan, saya hanya melakukan
hal sebaliknya. Demikianlah saya memperoleh aturan kami. Bank konvensional mendatangi
orang kaya, kami pergi kepada orang miskin. Aturan mereka “semakin Anda punya,
semakin Anda memperoleh.” Maka aturan kami menjadi “semakin sedikit Anda
memiliki, Anda semakin mendapat perhatian.
Jika Anda tidak memiliki apa-apa,
Anda menjadi prioritas tertinggi.” Mereka meminta jaminan, kami mengabaikannya
seolah-olah kami belum pernah mendengar tentang hal itu.mereka butuh pengacara
dalam bisnis mereka. Tak seorangpun pengacara terlibat dalam transaksi pinjaman
kami. Pemilik mereka adalah orang-orang kaya, bank kami dimiliki orang-orang
yang paling miskin, termasuk para perempuan yang paling miskin. Saya dapat
terus melanjutkan terus daftar ini untuk menunjukan kepada kalian bagaimana
Grameen Bank melakukan sesuatu dengan jalan berkebalikan.
Apakah
ini sungguh merupakan kebijakan sistematis – melakukannya dengan jalan
berkebalikan? Tidak. Tetapi demikianlah yang terjadi, sebab tujuan kami
berbeda. Saya tidak mengenali hal ini sampai seorang banker senior mengingatkan
saya, “Dr. Yunus, Anda mencoba menjungkirbalikkan system perbankan.” Saya
langsung menyetujuinya, “ya, karena system perbankan yang sekarang berdiri
diatas kepalanya.”
Saya
tidak dapat menutup mata terhadap para rentenir tak berperasaan yang
berkeliling di desa-desa. Saya meminjamkan uang pertama-tama untuk menggeser
peran lintah darat. Kemudian ssaya pergi ke bank local untuk meminta mereka
meminjamkan uang kepada orang miskin. Mereka menolak setelah taka da jalan
keluar selama berbulan-bulan, saya membujuk mereka dengan memberikan diri saya
sebagai penjamin.
Begitulah kredit mikro lahir pada 1976. Sekarang Grameen Bank
meminjamkan kepada 7,5 juta peminjam dan 97 persen perempuan. Merekalah pemilik
bank. Sejak berdiri, bank ini telah meminjamkan lebih dari 7 miliar dolar AS di
Bangladesh. Di seluruh dunia, 130 juta keluarga miskin telah menerima kredit
mikro. Meski demikian bank tidak banyak berubah. Mereka tidak berkeberatan
memutihkan (write off) triliunan dolas AS dalam krisis kredit perumahan, tetapi
menghindar untuk meminjamkan 100 dolar AS kepada seorang perempuan miskin meski
dalam kenyataan, berdasarkan catatan di seluruh dunia, hamper 100 persen
pinjaman macam itu dibayar kembali.
Sementara
memusatkan perhatian pada kredit mikro, kami melihat kebutuhan untuk intervensi
dalam bentuk lain guna membantu penduduk desa secara umum dan orang miskin
khususnya. Kami mencoba intervensi dalam sector kesehatan, tekhnologi
informasi, energy yang dapat diperbaharui, dan beberapa bidang lain.
Mengingat
kami bekerja bersama para perempuan miskin, persoalan kesehatan segera menarik
perhatian kami. Kami memperkenalkan asurasi kesehatan. Kami berhasil
mengembangkan program pelayanan kesehatan berbasiskan asiransi kesehatan.
Tetapi belum mampu memperluas bidang ini karena keterbatasan dokter.
Para dokter
enggan tinggal di desa. (ini telah menjadi persoalan pelik sehingga kami
sekarang memutuskan untuk mendirikan perguruan tinggi kesehatan untuk
memproduksi dokter). Dalam program ini penduduk desa membayar sekitar 2 dolar
AS setahun sebagai premi asuransi kesehatan guna memperoleh pembiayaan
kesehatan untuk seluruh keluarga. Secara finansial program ini berkelanjutan.
LANJUT BACA Bag II
No comments:
Post a Comment